Ultimate magazine theme for WordPress.

Mahasiswa Unpad Temukan Fosil di Pangandaran, Juga Ada Hiu Megalodon

BANDUNG (TI.COM) – Tim mahasiswa KKN Universitas Padjadjaran (Unpad) menemukan fosil gastropoda dan pelecypoda (siput) di Desa Bangunkarya, Langkaplancar, Kabupaten Pangandaran. Temuan fosil tersebut melengkapi temuan lainnya seperti hiu megalodon. 

Kendati begitu, belum diketahui berapa usia fosil tersebut. Namun, dari ciri ciri fisik, hewan tersebut berusia tua. 

Fosil ditemukan mahasiswa saat akan melakukan pencarian durian jatuh di pekarangan rumah Sukaedin, Kepala Dusun Mekarmulya Desa Bangunkarya. 

“Temuan fosil menjadi potensi untuk akademisi dalam melakukan penelitian serta dapat menjadi daya tarik wisatawan,” kata dosen pembimbing lapangan Mohamad Sapari Dwi Hadian. 

Temuan fosil tersebut melengkapi penemuan fosil lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menambah daya tarik Desa Bangunkarya yang dikembangkan menjadi Kampung Wisata Cisangkal.

Selain temuan dua potongan fosil tersebut, tim PPM Fakultas Teknik Geologi Unpad juga pernah menemukan potongan fosil seperti Cephalopoda, Conus, dan potongan gigi hiu Megalodon. 

Temuan ini mengindikasikan bahwa kawasan tersebut sebelumnya merupakan bagian dari lautan.

Menyadari bahwa temuan fosil tersebut dapat memiliki nilai tambah, tim PPM FTG Unpad yang diwakili Prof. Dr. Winantris, MS, serta Dr. Lia Jurnaliah., MSi, kemudian melaksanakan program “Sosialisasi Fungsi Fosil dan Perintisan Museum Mini Dalam Rangka Pengembangan Potensi Geowisata Desa Bangunkarya, Kabupaten Pangandaran”, Sabtu (27/1/2024) lalu.

Dalam rilis yang diterima Kanal Media Unpad, sosialisasi dilakukan sebagai sarana edukasi masyarakat Desa Bangunkarya dalam memperkuat menjadi kawasan Kampung Wisata Cisangkal.

Kegiatan diawali oleh pemaparan pengetahuan umum fosil, jenis fosil, serta bagaimana cara memperlakukan fosil dari awal ditemukan sampai dokumentasi yang harus dilakukan dengan teknik sederhana. Masyarakat juga diajak melihat keadaan fosil secara langsung di lapangan, yaitu ke pekarangan rumah Sukaedi, lokasi terakhir penemuan dua potongan fosil tersebut.

Tim kemudian memberikan simulasi bagaimana tindakan yang tepat pada saat menemukan fosil. Sosialisasi ini menjadi tahap dalam perkembangan potensi geowisata di Desa Bangunkarya, khususnya dalam perkembangan penelitian fosil. Hal ini  diharapkan dapat menambah ketertarikan wisatawan ke Kampung Wisata Cisangkal.

Fosil yang melimpah ini akan menjadi potensi yang berguna di masa yang akan datang, bukan hanya untuk para akademisi namun juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar. (*)